Radio

Selamat Datang di Rafly Gusman Island...

BERBAGI CERITA..TENTANG DUNIA KITA..

Jumat, 14 Agustus 2009

CINTA ITU TAK ADA...

Cinta itu tak ada lagi,... setelah kehilangan kali ini Aku benar-benar kehilangan segalanya.
"Kamu trauma Raf". kata temanku yang calon psikiater itu. "Ya...". kataku.
Dan dia meyakinkan bahwa niatku untuk tidak jatuh cinta lagi adalah tidak normal.

"Sudahlah !!!". Aku menghardik diriku sendiri. Aku masih memiliki cinta yang 'benar-benar' cinta. ponakanku 'farhan', sekarang sedang terbaring di dipan Puskesmas di kampungku, dia lemah melawan penyakit yang nyaris membunuhnya.

Ibuku, belum mendapatkan kesehatannya untuk pulih. dia masih terbaring dan menungguku setiap saat.
Suci ponakanku, selalu memanggilku saat menangis dan berharap aku menggendongnya setiap saat.
Bapakku, kemarin mengeluh tentang keadaanya yang mudah capek dan berharap Aku sering mengajaknya berdiskusi tentang hidup.
Oji adikku, sedang kecewa karna tahun ini gagal masuk perguruan tinggi. dia memintaku mencarikan pekerjaan untuk bisa menabung.
Abay adiku, belum sempat ku menngoknya..dan bayi kecilnya.
Aat adiku, yang tabah..dan sabar dengan keadaannya.

Mereka adalah cinta sejatiku !!!
dan Aku akan memberikan hidupku untuk hidup mereka.

Tak ada cinta palsu lagi,....tak ada bidadari manapun yang akan singgah lagi di hidupku.
Cukup !!!! "Kau bilang ini trauma pun...aku terima".

CINTA ITU TAK ADA.......

Selasa, 11 Agustus 2009

INI AKU...DALAM SEJARAHKU

Aku tak mendengar lagi kegaduhan itu..aku terasa nyaman di sini, dibelai tanah lembut yang biasa ayam-ayam kampung menghangatkan 'pitik'nya...di kolong rumah panggung teh jarsidah. aku tertidur hangat.

Itu yang terakhir kuingat dalam sejarah kecilku. ketika bersembunyi dari pisau 'bengkong' yang akan memotong kulit dagingku. ngeriii...itu saja yang kupikirkan.

Seperti anak lelaki kecil lainnya, Aku bangga ketika akan di 'khitan' karena aku bak pangeran kecil yang jadi pusat perhatian. dikhitan sesuatu yang 'harus' bagi kami, dan aku memang yang memintanya pada orang tuaku. Tapi sosok 'Bengkong' berpakaian hitam itu menakutkanku, pisau kecilnya mengkilap seperti pedang 'pendekar Lou' dalam serial sandiwara radio Api di Bukit Menoreh yang aku dengar setiap selepas ashar.

Pindah ke Lampung

Usiaku 6 tahun, hari itu seminggu setelah aku di khitan, dan aku belum sembuh benar.
Ada banyak yang harus aku tinggalkan. Teman-temanku yang melambai di pematang sawah pinggir jalan tanah kampungku, sungai jernih temapt aku berburu ikan-ikan, sawah yang harum lumpurnya hingga kini melekat dihidungku, dan dunia kecilku di tanah basah kampung diantara padi-padi dan belalang.
"Hayu asup, itu kapal!" Ibuku menghardik. aku meronta ! dan berusaha melepaskan pegangan ibu dilenganku, melihat laut baru pertama kali itu dan aku takut bukan main. dan ingin rasanya aku berlari pulang ke kampung,..menjumpai kerbau-kerbau dan mengganggu pamanku yang sedang membajak sawah.
Ukh..aku tidak membayangkan sebelumnya, kapal laut yang akan kami tumpangi sebesar itu. Jatra II di pelabuhan merak yang akan menyebrangkan Aku, Ibu, Ayah, Teteh dan Adiku yang masih bayi. Kelak, ketika mata pelajaran menggambar di SD ku..Kapal Jatra II ini selalu menjai inspirasi.

Alasan Ayah membawa kami merantau ke Lampung semata-mata karena cintanya yang besar pada keluarga. Dia ingin mengubah nasib kami, keadaan kami dan masa depan kami. Ayah tergiur bujukan Paman, kakak ayah yang sudah puluhan tahun menetap di Lampung dan konon telah berhasil.

....dan benar! untuk ukuran kami, Paman memang telah berhasil. rumahnya cukup besar, ruang tengah yang luas, kursi kayu dengan ukiran kelas menengah, lemari kaca berisi deretan perkakas mahal. Bagian dapur juga cukup luas, ada kamar mandi dilengkapi tempat mencuci, perangkat masak lengkap meskipun masih menggunakan perapian dengan bahan bakar kayu, di bagian dapur itu pula ada gudang seluas 2x3 meter yang kemudian di kosongkan dari berbagai barang tak terpakai...kemudian kami sekeluarga menempati gudang itu untuk tinggal.

"Sesungguhnya di sinilah episode penderitaan kami dimulai....."

Ruang dapur dengan ruang keluarga rumah Paman seperti Neraka dan Sorga yang dibatasi pagar api...,disekat aturan pemilik rumah yang bersikap seperti malaikat kubur dan lekat dibenaku hingga hari ini. Apapun alasan dan keperluannya, kami tidak diperbolehkan melintasi pagar dan sekat itu tanpa izin, kehidupan kami adalah ruang dapur dan haram bagi kaki kami menginjak lantai ruang tengah.

Ibu,..dia seperti babu di rumah keluarga besar pamanku. Mencuci pakaian kotor seluruh isi rumah, masak untuk mereka dan membersihkan isi rumah.
Ayah,.dia tidak mendapat jatah kebun untuk dirawat dan dimanfaatkan seperti janji paman sebelumnya. tak ada pilihan bagi ayah untuk tetap menghidupi kami dan menjaga martabatnya sebagai 'bapak',..Ayah menjadi kuli bangunan dan pekerjaan serabutan lainnya di pasar dan pulang pada kami sebulan sekali.
Aku yang masih berusia 6 tahun, teteh dan adiku adalah pembantu setia pekerjaan ibu di dapur. atau bermain di wilayah dapur. pernah,..kelereng mainanku tak disengaja jatuh dan terpental ke arah ruang tengah...aku mengambilnya dan beberapa pukulan dipunggung aku terima dari anak lelaki paman yang paling tua, atau kupingku harus merah dijewer dan disentil berulang-ulang. tangisanku akan menambah hukuman pukul, makanya aku nangis dipelukan ibu yang kemudian bersembunyi di gudang tempat kami menghimpun segala beban.

Biasanya,..setiap selepas maghrib, ibu membawa kami ke rumah tetangga yang punya tv, kami nonton hingga jam 9 malam. bukan untuk hiburan,..tapi untuk menghindari suasana makan malam keluarga paman. Ibu tau, kami lapar..dan ibu khawatir kami merengek minta makan pada saat itu. jatah makan malam kami adalah sisa makan malam mereka,..atau tepatnya makanan yang mereka sisakan untuk kami tentunya..tanpa lauk pauk utuh. dan aturan itu berlaku juga untuk makan siang..kami tidak ada jatah sarapan, meskipun ibu menyiapkan menu makan pagi....hanya untuk keluarga paman.

Hingga puncaknya!...Ibuku meraih harga dirinya. ia seperti singa betina yang meraung dan mengamuk untuk melindungi keselamatan anaknya.
Awalnya, aku merengek di suatu jam makan siang....dari pagi aku melihat ibu mengolah ikan-ikan segar..dimasak dengan bumbu terbaik untuk makan siang. setelah keluarga paman berpesta, saatnya jatah kami. tapi tak ada sepotong ikan pun di pring kami,..aku bertanya "mana ikanku?.." dan mulai merengek..
"Tak ada ikan..!" kata ibu. Aku menangis,.."ibu bohong..!!!" teriaku, aku menangis keras dan mengancam tidak mau makan tanpa ikan yang aku lihat saat ibu memasaknya, harumnya pun masih ada. Ya..harumnya masih ku cium, karena sisa ikan masakan ibu kulihat ada di lemari ruang tengah dan terkunci rapat.
Ibu menarik tanganku dan membawanya ke gudang kami,...memintaku diam, tangisku semakin keras, ibu membentak..tangisku menjadi teriak "ikaaaaaaaaann...!!" Ibu kesal,marah besar....! bukan kepadaku, tetapi kepada istri pamanku dan keluarganya,..yang tertutup hatinya mendengar teriakan keponakannya sendiri...Ibu histeris!! dia marah pada keadaan yang dialaminya,...dia meraung dan meraih sapu lidi dipojok gudang itu...membayangkan wajah istri paman di badanku...dan memukul keras tarrr !!!! aku yang bertelanjang dada saat itu terdiam sesaat.......tidak menyangka ibu tempatku meminta peluk dan manja itu memukulku begitu beringas...beberapa lembar ujung lidi menggores kulit dadaku...melihat darah didadaku...ibu semakin menggila! gudang itu menjadi sasaran amarahnya. dinding gudang ibu cakar-cakar...dan hampir semua barang-barang kami ibu lempar ke luar...
Aku berlari ke luar..dengan darah terus mengucur di dada hingga perut. beberapa tetangga menolongku,..dan coba menenangkan ibu.....istri pamanku mengomel dan mengumpat tiada henti. tidak terima gudangnya menjadi sasaran marah ibu...yang sebetulnya ditujukan padanya.

Ibu dibawa ke rumah salah satu tetangga asal jawa juga,...di sana ditenangkan. Aku dipeluk erat, diciumi...dan ibu menangis sesak...Aku tau ibu sedang minta maaf padaku. atas luka berdarah di dadaku...yang hingga kini bekasnya masih ada sebagai prasasti sejarah keluargaku. di dadaku ada bekas luka yang tidak hilang...selalu ku raba dan kurasakan saat aku patah semangat. bahwa hidup harus aku perjuangkan...aku harus membalas setiap tetes air mata ibu dengan senyumnya. bekas luka di dada ini membakar semangatku....sekaligus membuatku begitu membenci apapun yang ada kaitannya dengan Lampung. karena bukan hanya luka luar yang ada bekasnya.....luka itu merembes hingga nuraniku.

(bersambung)





KU PILIH AKU......

Kamu memberiku pilihan,...
Duniaku..atau Duniamu..atas nama cinta.
dan Aku pilih Aku...bukan atas nama cinta.
Aku pilih Aku...karena cintaku.
dan kamu tidak akan pernah mengerti........