Radio

Selamat Datang di Rafly Gusman Island...

BERBAGI CERITA..TENTANG DUNIA KITA..

Rabu, 11 Februari 2009

CURUG CIGUMAWANG DAN ANYER

“Ini kampung gweee..!!!!” Aku teriak. ketika mobil yang kami tumpangi memasuki Padarincang. maksudku mau sedikit promosi tentang daerahku yang sebetulnya lumayan indah.. di sebelah kanan kami sawah menghampar, sebagian hijau..sebagian lagi sedang dipanen. di sebelah kiri kami pemandangan pegunungan, sesekali sungai.

“Di sini sudah ada listrik ya ?”.. Sial !! Yadi Andika “Kangen Band Mania” nyeletuk seenaknya. kesannya daerahku itu pedalaman banget yang tidak terjangkau kabel. Yadi cengar-cengir saja. “Maklum,..saya kan terbiasa di kota..jadi agak gimana gituh..” katanya melengkapi ejekan yang pertama.

Anak-anak cewek yang duduk di bagian belakang tak perbah kehabisan tema untuk dibicarakan. Adaaaa saja yang diomongin, mulai dari rencana ke salon bareng-bareng..hingga rencana besar mereka kalo sudah jadi artis nanti. he he he… Sekali-sekali mereka tertawa.

Tiba di Cilehem. pertigaan menuju kampung kelahiranku. Aku izin ke teman-teman berhenti sebentar. beberpa lembar uang ratusan ribu ku titip ke ka Pe’i (tukang warung) untuk Ibu, untuk beli susu si kecil Suci. Ukhh…sebetulnya aku kangen banget menggendong bidadari kecil itu……….

Di Pasar Padarincang kami berhenti lagi. Kania belanja bumbu, cabe, tomat, bawang, terasi….kecap beli di indomart. Pokoknya lengkap untuk bakar ikan.

Setelah mampir dan sholat dzuhur di mushola belakang rumah ibu angkatku. kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Cigumawang. jalan kaki.

Jalan tanah. kiri kanan sawah dan sungai. Aku seperti menemukan surgaku kembali. surga yang pernah kutinggalkan beberapa tahun…

Kami berjalan beriringan menyusuri jalan setapak. sebetulnya cuaca panas dan cukup terik siang itu. tapi kebahagiaan yang kami bawa serta, membuat kami tetap ceria….. pemandangan hijau menenangkan jiwa kami, gemercik air sungai menentramkan hati,… dan tatapan ramah penduduk setempat menghangatkan kepala kami.

Aku perhatikan satu persatu teman-teman…

Gita dan Cecep berjalan paling depan. mereka berdua terlihat akrab. entah apa yang sedang dibicarakan anak berdua itu…. mungkin Gita sedang mengajari Cecep cara fasih mengucapkan huruf “rrrrrr…rrrr…rrrrr” ke Cecep.

Kania berjalan dengan senyum lembut khas miliknya, sesekali dia bercerita tentang pengalamannya beberapa tahun silam yang pernah melewati jalan ini, dan Aku menggodanya dengan pengalaman indahnya saat foto-ot di Curug, secara tak sengaja Nia menggenggam “anu” Pras. “Gua sangka batu,..tapi kok lembek yah..? agak lonjong gituh…”. katanya waktu itu.

Kirana sibuk ngetik SMS walau sambil jalan. Entah dikirim kemana, ke siapa, tentang apa… mungkin ia sedang menceritakan setiap senti jalan yang ia langkahi. “Aku gitu loh…gak bisa tenang kalo gak pegang HaPe….kayaknya gimanaaa gitu coy..!” Ketika aku ledek. si keriting pirang ini malah ngasih pilihan. “Ngelarang gw SMS-san atau gue nyanyi neh…?”. dukh…pilihan sulit. makanya setimpal ketika anak ini sempet kejeblos lumpur. he he he…

Nanda jalan dengan serius. ekstra hati-hati…gadis calon ibu perwira polisi ini benar-benar menjaga langkahnya. bukan karena terbiasa jalan di ‘catwalk’ dan sulit berjalan di pematang sawah… tapi karena bekas kecelakaan motor yang ia kendarai saat nabrak kambing beberapa waktu lalu… sampe sekarang kakinya belum normal… kebayang…kambing yang ditabraknya pasti lebih parah…kasihan.

Zoudia jalan seperti tanpa beban. Percaya dech sama gadis berkulit ‘putih tua’ ini…dia terbiasa sekali berjalan di pematang sawah. yah…mungkin karena dari kecil anak ini terbiasa mainnya di sawah di sekitar kampungnya…wilayah Bojonegara. Meskipun dia duta wisata Cilegon dan manis… tetep aja hobi mainnya gak jauh-jauh dengan sawah. kalo tempat main kita-kita kan di mall atau diskotik..!!!

ICHA gadis ini sukses bikin nangis bayi orang. Maksudnya nyandain supaya bayi itu senang dan tertawa…. tapi karena gayanya nakutin…bayi itu nagis keras… “Jangankan bayi itu….Gw aja takut liat gaya Icha..” Ini kata Yadi lho…

Yadi dia bikin sensasi menggemparkan. Pake kacamata model reiben berwarna biru…dan dengarlah keluhannya “Aduuuh…mau bikin video klip lagu gw…tempatnya jauh juga ya..?”.

Kiki..., mulai dari langkah pertama menuju Curug CIgumawang, dia sudah menjaga super ketat sepatu baru yang dipakainya. jangankan kena lumpur, kalo bisa jalan melayang, cowok hitam manis ini akan melakukannya. yah…demi sepatunya yang tetap terlihat bersih. maklum sepatu baru.

Tiki… Mmmhh.. apa yah komentar buat cowok yang satu ini. Aku perhatikan, wajahnya selalu tanpa ekspresi. Walau tersenyum, Aku tetep bingung dia senyum untuk apa dan kesiapa. Apa yang dia pikirkan, susah banget ditebaknya. Tapi dia terlihat nyaman dengan beban di tangannya,…spanduk, arang, cobek, piso, terasi..plus 3 kilo ikan mas yang kami beli.

Aku ?.. setiap langkah kaki di jalan setapak itu kunikmati. kadang Aku terlempar pada kenangan beberapa tahun silam…..kenangan yang tidak ingin Aku ceritakan.

Tiba di Curug.

Sayang…. Air yang jatuh dari ketinggian tidak sebesar yang kuharapkan. Mungkin karena sedang kemarau sehingga air yang keluar dari celah-celah bebatuan gunung volumenay berkurang. Atau air terjun itu tidak akan sebesar dan seindah dulu lagi…karena ulah tangan-tangan serakah yang setiap hari merobohkan pohon-pohon di punggung gunung…. dulu… Air terjun di Curug itu amat besar, suaranya menderu, berbuih mulai dari bagian atas…sehingga kita seperti melihat selendah perah yang diurai….bila terkena cahaya matahari maka akan ada puluhan pelangi kecil mengelilingi selendang itu. bila kita berdiri puluhan meter saja dari curug, angin yang berasal dari pusat air jatuh Itu akan membelai lembut dengan butiran-butiran basah seperti embun. itu dulu….

Kami duduk-duduk melepas lelah di saung dekat dengan Curug. sebagian duduk di batu-batu. Heni membuka snack, Zoudia sudah sejak awal ngunyah makanan ringan, Icha apa lagi… Aku minta cocacola ke Gita. Mmmhh…segar sekali.

Yadi dan Cecep mulai menyalakan perapian. Aku membuat tusuk sate dari bambu. Kania mulai mengiris bawang dan cabe. Icha, Gita, Heni, Zoudia minta diajarin cara membersihkan ikan dan mengeluarkan isinya. tapi akhirnya Yadi mengambil alih tugas itu…sayang cara ngiris ikannya salah.

Semuanya berjalan lancar. Hingga sosok nyaris telanjang menghampiri kami. rambutnya kusut, wajahnya dingin dan kotor, matanya tajam tanpa makna kecuali menyiratkan rasa bahwa ia butuh makanan…… Aku menghampirinya dan memintanya pergi, karena makanan kami belum matang. dia pergi. dia orang gila yang datang entah dari mana. laki-laki nyaris tanpa pakaian….seluruh bagaian tubuhnya hampir tak tertutup, karena kain yang ia kenakanpun compang-camping….bahkan (maaf) “burung”nya sesekali terlihat nongol. Uh..pantesan..Zoudia, Gita dan Icha sempet nyuri-nyuri lihat…he he he.

Nia, Yadi “kangen band mania” dan Cecep meneruskan kegiatan bakar ikan. Aku meminta Heni, Icha, Zoudia, Gita, Nanda, Kirana, Kiki dan Tiki mempersiapkan diri untuk latihan “vocal” seperti biasa. setelah berdoa dan ’sambutan’ ini-itu… mereka nyebur ke air terjun dan berbaris.

“ini latihan kita yang terakhir…!” Aku menatap mereka satu persatu.

Latihan dimulai. teriakan mereka memantul pada dinding jurang bebatuan yang mengurung kami…

AAAAAA….UUUUUU….IIIIIIIII…EEEEEEEEEE….OOOOOOOOOOO…..!!!

NAFAS SEGITIGA !! NAFAS KEJUT !! LION FACE !! SAYAP MALAIKAT !!! MERAIH BINTANG………!!!!…. Semua jurus Aku berikan.

Aku agak percepat latihan mereka, karena hari mulai sore. masih banyak acara lain yang harus dilewati. setelah selesai…. saatnya makaaaaaan…!!!

Ikan bakar dengan bumbu sambal ala Kania. Huuuaahhh…pedas tapi nikmatnya ‘gak ada lawan’…entah karena bumbunya memang enak, atau karena kami sangat lapar…kami makan seperti tidak pernah ketemu nasi sejak SD. hanya satu kata..”Lahaaaap”.

“Wah… Yadi ngebakar ikannya kurang mateng..” teriak Gita. tapi kulihat Gita tetap menikmatinya. Terasa lebih nikmat ketika Heni dan Kania mengeluarkan sambal warisan dari nenek moyangnya… entah terbuat dari apa, kayak irisan daun bawang, bentunya juga kayak goreng bawang…tapi rasanya ‘nendang’ banget. puedddesssh..!!!

Setelah sambal. Heni mengeluarkan bekal paling istimewanya…’semur jengkol‘… beeeeuh…pertarungan makan kami semakin seru. “Aku mau icip jengkol ah…”. kata Icha….”Iiiihh…ewuenak yah..”. Heni nyaut dengan bangga..”Jengkol” ini resep gue tetep seksi..”!

Nanda lebih heboh. Ia membagikan ikan asin bakar yang dia ‘keteng’ dari warung.. Mmmhh.. Ikan bakar dengan bumbu ‘lekoh’, sambal warisan Heni dan Kania yang aneh, semur jengkol ‘resep’ seksi Heni dan Ikan asin bakar hasil karya Nanda. lengkap sudah menu ‘pesta’ kami siang itu…….

Semua kalah. Semua nyerah !!. Tinggal Aku dan Kania. “memilah-milih sisa daging ikan yang masih nempel pada tulang-belulang ikan adalah kenikmatan tersendiri..” kata Nia. “Hmmh..ya ya ya…” Aku nyaut sambil tanganku terus bergerilya diantara tulang-tulang itu. Sayang….kenikmatan akhir itu harus benar-benar berakhir segera. Lelaki ‘gila’ yang bugil itu menghampiri untuk menagih jatahnya..sisa makanan kami baginya adalah makan siang gratis yang sempurna.

Zoudia. jauh-jauh hari Aku sudah memintanya untuk memerankan skenario yang kubuat. Dia harus tampak ’sedih’ seolah-olah musibah menimpanya. Ia tidak diterima sebagai penyiar ! itu skenario ku. Akting Zoudia sangat brilian ! dia memang duta wisata dan model yang tidak sulit memerankan tokoh apapun,.. Namun sayang, penyiar lainnya juga bukan anak kemarin sore yang mudah tertipu. Skenarioku gagal !! kabar baiknya mereka semua “DITERIMA” sebagai penyiar radio Prima Fm. “Selamat ya…” Aku kasih aplause buat mereka.

Kami pulang. keceriaan tetap kami perlihatkan. Tak ada kelelahan meski menempuh jalan kaki beberapa kilo. Meski ada beberapa keluhan kecil,…..

Yadi mengeluh,..kacamata reiben birunya hilang..”jatoh entah dimana” katanya.

Icha mengeluh,..kulit dilengannya bentol-bentol karena digigit nyamuk.”darah aku kan manis..” katanya manja.

Kirana mengeluh,.. HP-nya lobet ” Aku gak bisa SMS-san nih..”. gerutunya. SMS-san adalah hobby gadis ini sejak lahir.

Nanda mengeluh,..kakinya mulai sering terasa sakit bekas tragedi nabrak kambing beberapa waktu lalu. “Tapi gak apa-apalah..kambing yang gue tabrak aja lebih parah…gak ngeluh”. katanya menghibur diri.

Zoudia mengeluh,..aktingnya tidak menghasilkan suasana ‘haru biru’. “Bang rafly sih..skenarionya gak jitu..!!” katanya ketus.

Heni mengeluh,..kaos seragam Prima Fm. hasil modiv-nya yang dia dipake basah..dan makin melorot. “aduh…aku makin seksi dwech..uuuw yeach..”.

Tiki ??…. duh dia ngeluh apa ya ??…. dari pertama berangkat sampe mo pulang anak ini senyum-senyum saja. ‘Senyum tanpa Makna’.

Kiki. Ini dia keluhan terbesar yang dialaminya. ini menyangkut sepatu kesayangan yang dipakenya. yang dia jaga, dia rawat, dia wanti-wanti jangan sampe basah atau kotor, semenjak berangkat sampe mau pulang…anak ini konsentrasi penuh pada kesehatan dan keselamatan sepatu itu. Petaka terjadi ketika hendak menyebrangi sungai,… dia melompat lincah dari batu ke batu yang lain..hup..hup…ah..selamat !!. ‘Biang kerok’ ada pada gita,…posisinya di belakang Kiki. ketika mau nyebrang, Gita terpeleset dan kejebur….waaaaa !! badanya selamat, tapi sendal jepitnya lepas,..dan hanyut di air deras. “Kikiiiiiiiii…tolooooong…. sendal gue hanyuuuuuttt…!!!” teriaknya.

Kiki yang sudah ada di sebrang kaget.., secepat kilat dia berbalik, melompat, mengejar sendal jepit milik gita yang dibawa lari air deras… hup..hup..hiiaaat.. Kiki terbang dari batu satu ke batu lainnya…sendal jepit makin jauh…Kiki makin cepat melompat-lompat..terus mengejar…(kalo dilihat dengan tayangan lambat) gaya Kiki persis gaya Jaka Tarub dalam Film ‘Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari‘…melompat dan berlari dengan gagah di antara bebatuan sungai untuk menyelamatkan selendang bidadari ke tujuh yang hanyut……

Kiki berhasil menangkap sendal jepit Gita. tapi malang….batu terakhir yang dia injak ternyata licin. dan…”BYUUUUURRRRRR” Kiki terjerembab. Basahlah….termasuk sepatu kesayangan yang selalu dia selamatkan itu..basah sebasah-basahnya… Ow..perjuangan keras untuk sendal jepit Gita. Biasanya, perjuangan keras selalu menghasilkan kesan manis. Dalam Film-nya, Jaka Tarub berhasil menyelamatkan selendang milik bidadari ketujuh yang hanyut…ujungnya ‘happy ending’… Jaka Tarub bisa mempersunting bidadari itu dan hidup bahagia. so swiiiit !!!

Tapi tidak bagi Kiki !!! setelah menyelamatkan sebelah sendal jepit Gita mati-matian…dan mengembalikan pada Gita,… harus kecewa berat. Karena dengan lugunya gita mengangkat sendal jepit yang sebelahnya lagi sambil berkata ringan “Yaaaa… Kiki. sendalku sebelahnya putus…dah deh dibuang aja dua-duanya:…..” kwuakkakakakakak….Gita ketawa nikmat. Kiki melemparkan sendal yang ia selamatkan sambil menggerutu ” Sial !!”. Yaaaah…itulah hidup Ki.. kadang pengorbanan kita harus sia-sia…he he he….

“Kita lihat sunset yuk..”. Heni punya ide baru.

“Ke pantai ?” tanyaku.

“Anyer, masih keburu gak”. kata Heni lagi. Aku lihat jam di HP. baru jam setengah lima sore. “Keburu….”. aku memastikan.

Aku kembali injak pedal gas ‘grand max silver’ yang kami rental. pemandangan menuju Anyer dan udara Padarincang yang masih bersih tidak membuat kami lelah. di mobil selalu ada canda yang tak habis-habis.

“Mmmh..bau kentut !!, sapa nih yang kentut ??!!” Kiki teriak. Jelas gak ada yang ngaku. Aku tetap konsentrasi pada jalan di depanku. berkelok. “Kamu yang kentut ya Yad..”. tuduh Ica ke Yadi. “Enak aja..gak lah…masa artis kayak gue ngentut sembarangan” Yadi yang ‘keukeuh’ mengaku kembaran Andika ‘kangen band’, mungkir buang gas. “Tiki kaleee..”. kali ini Heni lempar tuduhan ke Tiki. semua ketawa. Tiki senyum-senyum saja, seperti biasa. Aku yakin bukan Tiki yang kentut. terus siapa dong…? yang jelas bukan Aku!.

Kami telat mendapatkan ‘Sunset’. Matahari hanya menyisakan merah jingga di upuk barat, di ujung laut jauh. Kami memilih pantai Bandulu untuk singgah, pantai ini lautnya landai, pasirnya bagus, banyak warung, banyak pengunjung dan tentunya tersedia ruang ganti yang bersih.

“Aku pengen naik banana boot..” rengek Gita. Ia merayu teman-temannya untuk mau naik banana boot. Sepakat !. Gita, Icha, Kirana, Zoudia, Nanda dan Kiki memesan sewa Banana boot untuk 15 menit. Tawar menawar dengan calo dan akhirnya mereka setuju dengan harganya. semua mengenakan pelapung ‘oren’. Tidak lupa anak-anak itu menitipkan barang-barang berharganya pada Tiki. Tiga HP di tangan kiri, dua kamera dan satu HP di tangan kanan. Tiki juga harus mengamankan dompet Kiki. tangannya penuh. Tiki mirip kastok di kamar mandi studio. penuh, Karena Aku juga menitipkan celana jeans dan kunci mobil. terpaksa Tiki duduk bersila di pasir untuk melindungi barang titipan itu. Tapi dia tetap tersenyum…… smiling !!.

Musibah !! baru tujuh menit Gita cs. menikmati liukan ombak dengan Banana boot. Baru mereka jatuh satu kali dan Kirana ngambang di laut lepas. Tukang sewa Banana Boot itu mengehentikan aktivitasnya karena waktunya habis. Sudah Magrib, katanya. Gita protes ?.. yaaa iyyyaaa dong…!! masa ya iyyalah terrruss !!. Mereka adu mulut dengan calo itu, minta uangnya dikembalikan setengahnya. Awalnya si Calo gak mau tau !. Tapi Gita dan Icha tetap ‘ngotot’ memperjuangkan hak-haknya. Mereka menggelar unjuk rasa. Baju pelampung disandera… Gita orasi,.. Icha pasang badan, tolak pinggang dan pasang wajah ‘nyameuh’.. Kirana gemeteran… Nanda menelpon sang Arjuna yang poilisi..yang laen belum di telpon… Kiki siap-siap dengan jurus Jaka Tarubnya… Zoudia menggelar aksi mogok makan !.. Aku mencoba menenangkan mereka supaya tidak terjadi aksi bakar-bakaran dan menekan si Calo. Akhirnya, sebelum polisi anti huru-hara datang, si Calo dengan sangat terpaksa memenuhi tuntutan Gita cs…. Aksi selesai, masa dapat dibubarkan. he he he… Yadi yang dari tadi sembunyi, muncul sambil nyeletuk “Siaalan si Calo itu,..gak ngehargain gue sebagai intelejen dari Taman rupanya…”. Hueeekh…kali ini Yadi ngaku intelejen,…dia lupa sebelumnya ngaku artis, sebagai kembaran ‘Andika’ Kangen band.

Sebelum pulang. Icha, Heni, Kirana, Nanda dan Zoudia bikin tato tinta di tangan. Gita gak jadi bikin tato..sepertinya gak dapat izin dari sang Pembalap. Yadi awalnya mau buat tato juga, tapi ada pertimbangan serius sehingga gak jadi. “Tadinya gue mau bikin tato gambar Naga dan Kala jengking..sayang tintanya warna item,..sama kayak kulit gue..kan sia-sia kalo gak nampak..!!”. katanya. Ya ya ya… Aku mengerti.

Kami benar-benar pulang. kali ini disepanjang jalan jarang ada canda, meskipun sekali-sekali masih ada tawa.

Nanda turun di Sumampir. Tiki turun di PCI, tidak lupa ia tersenyum sebelum berpisah. Icha dan Cecep turun di daerah Serdang. Tinggal Aku, Kirana, Heni, Kania, Kiki dan Yadi. Kami ke studio dulu. Kiki pulang dengan Thunder-nya, Aku, Heni, Gita dan Kania nganter Kirana pulang ke tempat kos nya di komplek Untirta.

Aku, Heni dan Kania menutup pesta hari itu dengan makan malam di Kepandean. Gita di jemput sang Pembalap.

Selesai sudah hari itu. “Semoga hari ini awal persahabatan kami lebih abadi, dan ada hari indah berikutnya untuk kami”…..

Di Studio tinggal Aku. duduk lagi di lantai atas, kursi dan secangkir teh manis. teman setiap malamku. mengingat kembali kenangan hari itu…tersenyum lagi, meski getir.

Ya.. Aku kembali pada sepiku…. Selamat malam gelap..!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar